<----ads---->

PT Telkom Tbk (TLKM) Berinisiatif Membangun Silicon Valley di Bandung

Untuk mengembangkan industri kreatif di Tanah Air, PT Telkom Tbk (TLKM) berinisiatif untuk membuat sebuah tempat berinovasi layaknya lembah silikon (Silicon Valley) di California, Amerika Serikat.

"Nanti disediakan sama Telkom, kalau perlu pendanaan," kata Direktur Utama Telekomunikasi Indonesia, Rinaldi Firmansyah usai BUMN Award 2011 di Jakarta, Kamis, 1 Desember 2011.

Rinaldi mengungkapkan, perusahaan telah menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berkumpul para pemprogram aplikasi ini. Untuk mewujudkan rencana tersebut, Telkom telah mengalokasikan dana hingga Rp50 miliar untuk 3-4 tahun. "Nanti ada 60 60 tempat disana," kata dia.

Dengan fasilitas tersebut, Telkom berharap para pembuat program nantinya bisa membuat aplikasi konten, mengetesnya di telepon genggam dan komputer personal, serta mengkaji kemungkinan kerjasama.

Rinaldi menegaskan, penyediaan fasilitas inkubasi ini merupakan salah satu perusahaan untuk mengembangkan industri krearif nasional.

Pada bagian lain, Telkom mengaku pihaknya hingga saat ini belum memutuskan belanja modal (capital expenditure/Capex)perusahaan pada tahun 2012. Namun dari perkiraan awal, anggaran Capex perusahaan disediakan sebesar Rp15 triliun, atau hampir sama dengan anggaran tahun lalu.

"Capexnya hampir sama, kira-kira ada 15 T, kan belum disetujui komisaris," kata dia.

Sumber pendanaan untuk Capex tersebut diharapkan berasal dari internal perusahaan sebesar 70 persen, refinancing 20 persen, dan sisanya berasal dari pinjaman perbankan. Saat ini Telkom telah mengantongi komitmen fasilitas pinjaman dari bank nasional.

Rencananya Capex perusahaan akan digunakan sebesar 60 persen untuk seluler dan 30 persen pengembangan broadband.

Sementara itu, Ketua Hubungan Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) Warsito P. Taruno mengungkapkan kemampuan tumbuhnya industri berbasis teknologi di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang semakin besar.

Bahkan, inisiatif para ilmuwan atau sarjana Indonesia yang mengembangkan industri ini jauh lebih besar dibandingkan ilmuwan atau sarjana di negara ASEAN.

Kondisi berbeda terjadi di Singapura atau Malaysia. Kendati mendapat dukungan penuh pemerintah, industri berbasis teknologi tidak muncul dari para sarjana atau ilmuwan dari kedua negara tersebut.

"Pemerintah Singapura mengucurkan dana hingga Rp9 triliun selama lima tahun untuk mengembangkan kewirausahaan di bidang teknologi (technopreneurships), namun gagal," kata Warsito.

Begitu juga dengan Malaysia. Malaysia yang memberi hibah sebesar 5 juta ringgit atau setara 1,5 juta dolar AS kepada para sarjananya yang ingin membangun industri berbasis teknologi, namun tidak berlanjut karena minimnya peminat. (SSB/E008)
Previous
Next Post »