<----ads---->

Pemilukada Kabupaten Tulungagung , Prediksi Pemenang dan Harapan

Sebentar lagi Kabupaten tercinta tanah kelahiran admin Teknoku.com akan digelar PILKADA . Dimana seharusnya sebuah moment untuk memilih pemimpin yang mampu menjawab semua permasalahan di Tulungagung. Namun, bagi daerah terpencil seperti Pucanglaban impian untuk memilih pemimpin yg mau memperhatikan daerah mereka seakan hanya sebuah mimpi. Pucanglaban adalah sebuah kecamatan di Tulungagung yang di anak tirikan,  di mana di kecamatan ini seakan tidak pernah tersentuh pembangunan seperti umumnya 18 kecamatan lain di Tulungagung.

Di bawah ini adalah  artikel titipan mas yunion arga tentang Prediksi Pemenang Pemilukada Kabupaten Tulungagung yang semoga bermanfaat bagi anda khususnya warga Tulungagung.

Prediksi Pemenang Pemilukada Kabupaten Tulungagung



Original Author: Yunion Arga, graphic designer & Librarian

Bismillahirrohmaanirrohiim. Bismillaahilladzii Laa Yadzurruu Ma'asmihii Syai'un Fil ardzii Walaa Fissamaa'i Wahuwassamii'ul 'aliim. Tulisan ini membahas tentang Prediksi Pemenang Pemilukada Kabupaten Tulungagung, silahkan dibaca dengan seksama semoga bisa menginspirasi dan bermanfaat bagi kita.
Yoyon
Penulis, Pucanglaban
       Uang adalah segala-galanya di jaman ini, itulah sebagai gambaran politik praktis yang dilakukan para politikus yang saya amati pada beberapa pemilihan, mulai dari pemilukada Tulungagung 2008, pemilukada Gubernur Jatim 2008, pileg 2009 hingga pilpres 2009. Tidak dipungkiri bahwa politik praktis memang sangat efektif untuk meningkatkan popularitas hingga pemenangan dalam pemilihan. Namun di sisi lain politik praktis ini tidak serta merta uang dapat mengubah suara secara mutlak, karena masih banyak audien yang fanatik bahkan di antara mereka telah mengerti dan memahami akibat dari praktik politik praktis ini. Korupsi, aspirasi tidak sampai hingga pembangunan terbengkelai. Itu hanya sedikit dari akibat yang ditimbulkan dari praktik politik praktis. Dan para politikus ini apakah mereka sudah berpikir ulang untuk hanya sekedar mendapatkan jabatan secara instan. Segala yang instan apakah benar abadi dan dapat dirasakan kenikmatannya. Padahal politik praktis ini memiliki tanggung jawab yang besar di hadapan Sang Pencipta, Alloh SWT.
       Strategi demi strategi para politikus untuk menarik simpati calon pemilih untuk mendukung mereka dilakukan. Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung untuk merogoh kocek dalam-dalam untuk menarik simpati pendukungnya dengan embel-embel ganti transport, wah luar biasa.
Pengeluaran demi pengeluaran materi setiap kali mengadakan pertemuan, acara hingga anjangsana di berbagai pelosok desa dilakukan hanya demi mendapatkan “gendongan” untuk menuju kursi puncak jabatan.
       Jaman semakin maju, begitu pula cara berpikir masyarakat Tulungagung yang sudah mulai objektif. Dari berbagai pengamatan dan beberapa percakapan dengan para calon pemilih yang saya lakukan. Kebanyakan dari mereka mengatakan siapapun yang terpilih tidak perduli, jika ada yang ngasih “transport ya saya pilih”. Namun juga tidak sedikit mereka yang tetap berkeyakinan pada calon dengan visi dan misinya yang masuk akal. Akan tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang hanya memanfaatkan momentum pemilukada untuk meraup keuntungan dengan datang ke berbagai acara yang dilakukan ke berbagai kandidat untuk mendapatkan cinderamata “kaos” dan amplop beserta “isinya”, “masalah pilihan urusan pribadi”.
       Para politikus telah terjebak dengan system politik semi modern seperti ini. Bahwa audien akan memilih calon bila telah “berhutang budi” kepada sang calon. Hutang budi ini berbagai macam, yang salah satunya adalah pemberian “cindera mata” dari para calon sehingga pemilih lebih cenderung menentukan pilihannya dengan satu tekad satu tujuan yaitu mendapatkan keuntungan sesaat, dan tanpa memikirkan akibat maupun bagaimana mereka (calon) jika sudah mendapatkan jabatan tersebut. Hal ini sebenarnya sangat membahayakan, baik itu bagi jalannya pemerintahan, jalannya pembangunan bangsa dan akhlak sebuah bangsa. Dan jika ditekankan lagi dalam sebuah hadits telah dikatakan bahwa “bagi yang menyuap maupun yang disuap, kedua-duanya layak masuk neraka. Dan dalam UU juga berbunyi “bagi pemberi dan penerima sesuatu yang bukan haknya, maka keduanya dapat dipidanakan”.
Itu adalah sebagian kecil dari pengamatan saya mengenai panggung perpolitikan di Kabupaten Tulungagung. Saat ini Kabupaten Tulungagung menggelar Pemilukada 2013 tepatnya 31 Januari 2013, yang diikuti oleh empat pasang calon bupati dan wakil bupati. Tentunya keempat pasang calon ini memiliki satu misi dan satu tujuan, yaitu membangun Tulungagung dan menduduki puncak kepemimpinan di Kabupaten Tulungagung. Mereka mengemas berbagai tujuan dengan sederet kalimat yang diurai di berbagai media maupun saat kampanye.
       Saya tidak akan mengulas visi maupun misi para calon bupati dan wakil bupati yang bertarung dan di tentukan pada 31 Januari 2013. Di sini akan kita bahas mengenai peluang pemenang dari masing-masing calon.
Dari pasangan No. 1, SAHTO (Syahri Mulyo-Maryoto Birowo) yang didukung oleh PKNU, PATRIOT dan PDP.
       Pasangan ini terlihat tenang tanpa pergerakan yang pasti, namun memiliki basis masa yang kuat. Pengaruh dari Syahri Mulyo sejak masih menjadi Anggota DPRD Jatim telah memiliki pemilih yang fanatik, bahkan ada yang siap pasang dada jika di wilayahnya terjadi penurunan suara. Selain itu Syahri Mulyo merupakan Anggota DPRD Jatim yang berangkat melalui PDIP, yang notabene para simpatisan PDIP kebanyakan sangat fanatik kepada ketokohan petinggi partai. Selain itu di berbagai wilayah kecamatan se-Tulungagung telah terbentuk berbagai komunitas yang menyatakan siap mendukung pasangan ini. Pelan tapi pasti, bagai bom waktu yang akan meledak pada tanggal 31 nanti. Selain itu dari calon wakilnya, Maryoto Birowo, mantan Kepala Dikbud dan Mantan Sekda. Siapa yang tak kenal dengan Maryoto Birowo. Salah satu yang menjadi daya magis Maryoto adalah tidak ada rasa takut yang terpenting berada pada keyakinannya benar. Hal ini ditandai dengan kesupelannya dengan siapapun dan keterbukaannya kepada awak media.
Dari pasangan No. 2, ABDI (M. Athiyah-Budi Setijahadi) yang didukung oleh HANURA, GERINDRA, REPUBLIKAN.
       Pasangan ini sudah memilik popularitas sebelum mereka maju ke pencalonan bupati dan wakiil bupati. M. Athiyah telah menjabat Wakil Bupati Tulungagung selama 2 periode dan Budi Setijahadi seorang pengusaha, namun Calon Wabup ini kurang memiliki popularitas bahkan kurang dikenal oleh masyarakat umum di Tulungagung. Basis masa pasangan ini menyebar di seluruh Tulungagung dan merata, simpatisan mereka rata-rata dari kalangan orang-orang elite dan para tokoh-tokoh masyarakat serta para warga yang buta akan masing-masing kandidat. Mereka hanya tahu nama Athiyah, karena 2 periode menjadi wakiil bupati adalah waktu yang tidak singkat, dan siapa yang tidak kenal dengannya. Itu merupakan keuntungan dari pasangan ini.
Dari pasangan No. 3 MATANG (Isman-Tatang Suhartono) yang didukung PDIP dan PKB
       Pasangan ini mendapatkan dukungan dari kedua partai besar yang memiliki kapasitas basis masa yang sangat fanatik, tinggal kefanatikan simpatisan partai ini apakah bisa menjawab kesolidan dukungan terhadap figure yang muncul. Meski Isman datang dari Ketua DPRD Tulungagung dari PDI Perjuangan, namun sebagian besar masyarakat Tulungagung belum mengenalnya, mungkin hanya pernah mendengar namanya, kecuali memang jika orang tersebut merupakan simpatisan partai. Namun Isman sangat diuntungkan dengan calon wakilnya, Tatang, di mana Tatang merupakan Kepala Dinas Pertanian Non Aktif, yang semasa kepemimpinannya di Dinas Pertanian telah banyak berjasa bagi para petani di Tulungagung, mulai dari pemerataan pupuk, benih, obat-obatan hingga berbagai fasilitas bantuan kepada para petani merupakan kebijakan-kebijakannya yang meningkatkan dukungan pasangan ini.
Dari pasangan No. 4 BANGSA (Bambang Adhyaksa-Anna Luthfie) yang didukung PAN, GOLKAR dan DEMOKRAT
       Tidak kalah hebohnya pasangan ini didukung tiga partai besar, yang seolah-olah sudah menguasai seluruh Kabupaten Tulungagung, tapi memang benar, jika partaii pendukungnya kuat, pasangan ini dapat memenangkan pemilukada. Akan tetapi perlu diingat bahwa masyarakat Tulungagung pesisir, khususnya Pucanglaban, Tanggunggunung dan Rejotangan merupakan basis masa dari kalangan Nahdhotul Ulama, dan pasangan ini didukung oleh PAN yang didominasi kalangan Muhammadiyah, selain itu pasangan ini dari informasi yang dapat dipercaya bahwa selain Muhammadiyah dan NU juga didukung oleh LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia). Terus bagaimana pendapat pemilih awam menanggapi ini, mereka bersikap pesimis “Baru mengetahui sekarang bahwa NU, Muhammadiyah dan LDII bisa bersatu”. Dari kacamata pengamatan saya ketiga organisasi besar ini di manapun tetap berpedoman masing-masing yang berbekal ahli sunah waljamaah, dengan dasar dan pengembangan tafsir masing-masing organisasi yang sampai saat ini hampir belum menemui titik temu. Namun pasangan ini bisa berbangga karena memiliki basis masa kalangan orang-orang tua yang memiliki pengalaman masa orde baru, “yang penting ringin” itulah satu kalimat yang mereka (orang-orang tua) katakan.
       Nah, dari keempat pasang calon bupati dan wakil bupati yang berebut kursi Tulungagung 1 dan 2 ini masing-masing bisa kita simpulkan bahwa dukungan mereka hampir merata. Hanya porsi dari masing-masing calon jelas berbeda. Yang kita tidak ketahui adalah pergerakan masa bawah, undercover, bukan tim resmi, yaitu terselubung di antara masyarakat awam yang mengambang. Dari sumber yang saya dapatkan bahwa basis masa, simpatisan maupun pendukung fanatik keempat pasang calon ini telah mengantongi porsi masing-masing di seluruh wilayah Kabupaten Tulungagung.
       Namun yang perlu diberi catatan adalah pergerakan masa bawah tanah yang secara pelan-pelan telah mengalir kepada pasangan no. 1, dengan sukarela maupun dengan kesepakatan politik terus meningkat merapat ke pasangan SAHTO, mulai dari bentuk komunitas, perkumpulan hingga para relawan terus berdatangan mendukung pasangan ini, di luar tim besutan SAHTO, kebanjiran dukungan. Dan yang menarik beberapa percakapan saya dengan audien, mereka cukup jenuh dengan wajah lama, kalau bisa berganti dengan pemimpin baru yang lebih berkualitas. Jika wajah baru mengarah pada BANGSA, beberapa simpatisan berpendapat mungkinkah bukan orang Tulungagung akan membangun Tulungagung itu yang sering saya dengar. Dari pengamatan saya, melalui beberapa media, baik itu online, elektronik maupun cetak, yang diunggulkan adalah pertama pasangan BANGSA, kedua SAHTO, ABDI dan MATANG berimbang. Namun sebagian media menggunggulkan SAHTO, kedua ABDI, ketiga BAMBANG dan MATANG.
       Itu hanya beberapa media, media juga sangat berperan terjadinya pengaruh kepada pemilih untuk menentukan pilihan sehingga memenangkan pemilihan khususnya pemilukada Tulungagung. Sedangkan dari pengamatan saya dengan kacamata politik, entah bagaimana mereka memiliki segudang visi dan misi maupun janji-janji yang mereka umbar, namun saya mengamati secara objektif dengan terjadinya beberapa pergerakan masa dan dukungan serta mobilisasi masa terhadap pasangan nomor urut 1 (SAHTO), sedangkan ketiga pasang calon lainnya juga mendapatkan sukungan dari berbagai daerah dan calon pemilih lainnya, namun dukungan tersebut tidak se-signifikan dukungan terhadap pasangan nomor urut 1. Salah satu sampling polling dengan pertanyaan “Siapakah Cabub Tulungagung Favorit Anda?” yang saya dapatkan dari situs: www.mataram-timur.com : Syahri Mulyo, SE mendominasi dengan 43 suara (42%), M. Athiyah, SH 30 (29%), Ir. Bambang Adhyaksa, 24 (23%), %), Drs. Isman 8 (7%), Bangun Harmanto 2 (1%) dan Subani Suryohatmojo 2 (1%). Itu hanya contoh di mana poling tersebut dilakukan selama 102 hari. Dari contoh kecil ini bisa saya gambarkan kecintaan, dan popularitas calon sudah dikenal oleh masyarakat sehingga mereka mengharapkan sang calon menduduki kursi kepemimpinan dengan berbagai harapan yang dipikulkan kepadanya.
       Dari berbagai pengamatan ini hampir dipastikan jika pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kab. Tulungagung bisa jadi hanya satu putaran, jika memang benar-benar dukungan mereka sampai detik ini solid. Dan apapun bisa terjadi Wallohua’lam.
       Jika memang ada perubahan politik dan hasil suara nanti sangat dimungkinkan terjadi 2 putaran, akan tetapi kemungkinan-kemungkinan itu masih 50-50. Namun kemungkinan itu cukup sulit, mengingat pemilih Tulungagung merasakan kejenuhan dalam berpolitik sehingga potensi golput cukup besar, bisa mencapai 20 hingga 40 persen.
Previous
Next Post »