<----ads---->

Kapal Selam Indonesia

  Fakta membuktikan, kapal selam merupakan armada perang yang paling ditakuti musuh. Bukan apa-apa, sepanjang Perang Dunia (PD) I dan PD II, kapal selam memiliki rekor tertinggi dalam menenggelamkan kapal atas air dibandingkan jenis armada perang lainnya, bahkan pesawat tempur sekali pun.

Keandalan kapal selam memang tak diragukan lagi. Semasa PD I misalnya, ia mampu menenggelamkan 5.755 kapal transportasi. Sementara itu, kapal sejenis yang berhasil ditenggelamkan kapal atas air hanya 217 kapal.
Begitu juga pada PD II. Kapal selam mampu menenggelamkan 3.138 kapal atas air. Bandingkan dengan pesawat tempur yang berhasil menenggelamkan 1.715 kapal atas air. Sedangkan kapal atas air hanya mampu menenggelamkan 650 kapal musuh.
 
 
”Keandalan kapal selam, dengan torpedonya, sebagai senjata pamungkas taktis maupun strategis di laut sudah melegenda,” kata Prof Dr Ir Indroyono Soesilo, Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP saat Peluncuran dan Bedah Buku Kapal Selam Indonesia pertengahan Maret 2008. Buku yang ditulis Indroyono dan wartawan Suara Pembaruan Ir Budiman MSi ini dibedah oleh Peneliti Senior CSIS Dr Eddy Prasetyono dan Redaktur Senior Kompas Dr Ninok Leksono.
Di awal Perang Dunia (PD) II misalnya, kapal-kapal selam Jerman, U-Boat, berhasil mencegat dan menenggelamkan konvoi-konvoi armada sekutu yang mengangkut perbekalan perang dari Benua Amerika ke Benua Eropa.  Bukan hanya itu, Angkatan Laut (AL) Jepang juga mengerahkan kapal-kapal selam mini saat menyerang Pangkalan AL AS di Pearl Harbour, Hawaii, 7 Desember 1941. ”Serangan itu menghancurleburkan Armada Pasifik AS dan menggiring negeri adidaya ini masuk ke dalam kancah PD II,” ujar Budiman kepada Samudra.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Sumardjono dalam sambutan tertulisnya mengatakan, kapal selam merupakan senjata yang memiliki daya tangkal tinggi, karena kekhasannya yang sulit dideteksi dan dihancurkan serta mampu membawa berbagai jenis senjata, seperti torpedo, ranjau, maupun peluru kendali. Bagi Indonesia, mengoperasikan kapal selam akan memiliki nilai strategik, karena karakter perairan Indonesia yang sangat khas.
Sebagai ilustrasi, bahwa dari sebelas peta salinitas yang ada di dunia, tujuh di antaranya berada di perairan Indonesia. ”Oleh sebab itu, sifat dan karakter laut di Indonesia sangat memaknai dan menguntungkan bagi beroperasinya kapal selam, karena akan menyulitkan pendeteksian,” ujar Sumardjono.
           
Terbesar di Asia Tenggara
Lalu bagaimana dengan kekuatan kapal selam Indonesia? Kini, TNI AL  hanya memiliki dua kapal selam. Padahal jauh sebelumnya, pada 1960-an Indonesia punya 12 kapal selam yang andal.
Menurut Mantan Komandan Kapal Selam Pertama Indonesia Laksamana Pertama (Purn) RP Poernomo, pada tahun 1959, ALRI mulai diperkuat dengan kapal-kapal selam  Wishkey-Class, buatan Uni Sovyet.  ”Hingga tahun 1962 kita memiliki 12 kapal selam. Inilah kekuatan laut terbesar di kawasan Asia Tenggara,” ujar Poernomo.
Salah satu keandalan kapal selam adalah ketika merebut Irian dari cengkeraman Belanda. ”Setelah melalui perjuangan yang tak kenal lelah, Kapal Selam  RI Tjandrasa yang dikomandoi Mardiono pada 21 Agustus 1962 berhasil menyusupkan 15 pasukan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat),” ungkap Kolonel (Purn) R Soebagijo.
Prestasi ini sekaligus menyiutkan nyali Belanda untuk berperang terbuka melawan Indonesia. Bisa dibayangkan jika perang terbuka terjadi, ratusan kapal niaga Belanda bakal hancur. ”Atas desakan Amerika Serikat akhirnya Belanda diminta menyerahkan Irian ke Indonesia,” kenang Soebagijo yang ikut langsung dalam  Operasi Trikora tersebut.
Atas prestasi itulah, seluruh awak kapal selam RI Tjandrasa yang berjumlah 61 orang mendapat Penghargaan Bintang Sakti dari Presiden Soekarno pada 29 Januari 1963. Mereka adalah pahlawan nasional yang telah banyak berjasa pada bangsa dan negara.
Kapal selam milik Indonesia generasi 1960-an juga telah dilengkapi peluru kendali, mirip rudal Polaris, seperti yang dimiliki kapal-kapal selam modern Angkatan Laut Amerika Serikat. Kondisi seperti ini tentu membuat negara lain lebih berhati-hati jika harus berurusan dengan Indonesia.
Keandalan kapal selam Indonesia generasi Whiskey-Class itu lalu dilanjutkan  generasi berikutnya, 209-Class buatan Jerman Barat. Kapal selam yang benar-benar baru ini lebih modern dan nyaman dari generasi sebelumnya. Ruang kabin sudah dipasangi penyejuk udara (AC) sehingga para awak kapal tidak lagi kepanasan seperti ketika mengoperasikan Whiskey-Class.
Lebih hebat lagi, senjata torpedo yang dipanggul kapal selam 209-Class adalah buatan PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Bandung (kini PT Dirgantara Indonesia) sebagai karya unggul putra-putri Indonesia. ”Hasil uji coba memperlihatkan bahwa tingkat akurasi torpedo SUT (Surface Underwater Target) buatan Indonesia mencapai 100 persen,” ujar Laksamana Pertama (Purn) Wartono Sudarman, mantan komandan kapal selam, yang pernah menenggelamkan kapal atas air dalam sebuah latihan militer.
”Sebagai salah seorang yang pernah ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pembangunan kapal selam kita pada dekade 1980-an lalu, saya amat menyadari akan peran kapal selam sebagai senjata pamungkas yang memiliki teknologi tinggi dan mutakhir, serta diawaki oleh manusia-manusia bermental baja, berdisiplin, dan dengan tingkat kecerdasan yang tinggi,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Laksdya TNI (Purn) Freddy Numberi ketika memberi sambutan.

Orang-orang Pilihan
Di buku setebal 240 halaman itu, kita bisa menikmati berbagai petualangan bersejarah dari para awak kapal selam Indonesia. Di antaranya Laksamana Madya (Purn) Imam Zaki, Laksamana Muda (Purn) Basoeki, Laksamana Muda (Purn) W Rahadi, Laksamana Muda (Purn) Wahyono Suroto, Laksamana Muda (Purn) Ketut Wiresata, Laksamana Muda (Purn) Slamet Soebandi, Laksamana Muda (Purn) Bambang Poerwadi, Laksamana Muda (Purn) Suyoso Sukarno, Laksamana Pertama (Purn) Sutarno, Laksamana Muda (Purn) Nyoman Suharta, Laksamana Pertama (Purn) Harijanto Mahdi, Kolonel (Purn) Aji Sularso, dan Kolonel (Purn) Susanto.
Di situ diungkapkan berbagai kisah nyata seperti ketika mereka mengenyam Diklat di Rusia, membawa kapal selam ke Indonesia, menyusup ke perairan Malaysia dan Australia tanpa diketahui negara tetangga.
Saat Indroyono memaparkan berbagai kiprah mereka ketika masih aktif di Kesatuan Kapal Selam, tampak para perwira senior itu berlinang air mata. ”Saya sangat terharu, penulis buku ini bisa mengemas kisah nyata dengan baik dan dapat menggugah rasa cinta Tanah Air bagi pembacanya,” kata Laksamana Muda (Purn) Busran Kadi yang ikut hadir pada acara tersebut.
Sambil memeluk kedua penulis, mata Busran pun berkaca-kaca. Rasa haru juga menyelimuti para perwira senior lainnya.
Previous
Next Post »